Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi pribumi tahun ini tumbuh di bawah perkiraan semula yang sebesar 2, 3%. Ini karena pencapaian kuartal I-2020 yang lumayan jauh di bawah proyeksi.
Kemarin, Awak Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 tumbuh 2, 97%, laju terlemah sejak 2001. Padahal BI memperkirakan ekonomi sedang bisa tumbuh 4, 4%.
“Dampak dari penanganan Covid-19 mulai mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi. Konsumsi, investasi, ekspor-impor. Semula awak perkirakan Maret belum kena.
Semula konsumsi saya kira bisa tumbuh 4, 4%, ternyata konsumsi sudah tak setinggi yang kami perkirakan, hanya tumbuh 2, 8%. Demikian serupa investasi, yang semula kami perkirakan 2, 4% ternyata 1, 7%. Artinya, social distancing telah mempengaruhi penerimaan masyarakat, konsumsi, serta kegiatan produksi dan investasi dunia usaha, ” papar Perry dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini, Rabu (6/5/2020).
Dengan realisasi kuartal I-2020 yang jauh di kolong perkiraan, Perry mengakui bahwa prediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 bakal berubah. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi tahun ini di bawah 2, 3%.
BI memperkirakan ekonomi kuartal II-2020 akan lahir 0, 4%, kuartal II-2020 tumbuh 1, 2%, dan kuartal IV-2020 tumnh 3, 1%. “Keseluruhan tahun lebih rendah dari 2, 3%, ” ujar Perry.
Namun, Perry menegaskan bahwa ekonomi Indonesia yang tumbuh 2, 97% sudah sangat baik dalam status saat ini. Banyak negara dengan kurang beruntung karena mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif.
“Misalnya Tiongkok, triwulan IV-2019 tumbuh 6%, triwulan I-2020 negatif 6, 8%. Amerika Serikat dari positif 2, 3% menjadi 0, 3%. Eropa, Euro Area, dari 1% menjadi kurang 3, 3%. Di Asia, Singapura dari 1% menjadi minus 2, 2%, Korea Selatan semula 2, 3% menjadi 1, 3%.
“Pertumbuhan ekonomi 2, 97% itu termasuk satu diantara yang tertinggi, bukan yang sempurna karena Vietnam 3, 82%. Namun 2, 97% itu alhamdulillah, jauh lebih baik dari sebagian gede negara2 lain, ” jelas Perry.